BolaStylo.com - Diakui Muhammad Ali sebagai petarungan terberat, The Greatest kalahkan Sonny Liston di tahun 1964 dengan mata terbakar.
Muhammad Ali mengaku sulit ketika harus memilih satu pertarungan yang dianggap paling sulit ketika dilakoni.
Bagi Muhammad Ali semua pertarungan yang dilakoni merupakan pertandingan yang sulit dengan lawan tangguh.
Namun, ternyata terdapat satu pertarungan yang diakui mantan petinju berjuluk The Greatest ini sebaga laga tersulit.
Dilansir BolaStylo.com dari Kompas.com, pertandingan melawan George Foreman di Kinsaha, Zaire menjadi tantangan terbesar baginya.
Baca Juga: Ketika Ancaman untuk Juergen Klopp Didatangkan Manchester United
Pertarungan melawan Foreman di gelar pada 30 Oktober 1974 di negara yang kini disebut Republik Demokratik Kongo.
Bertajuk Rumble in the Jungle, Muhammad Ali sukses mengalahkan George Foreman dengan gelar juara tinju tak terbantahkan (undisputed).
Menariknya laga yang diakui Ali menjadi tantangan terbesar ini bukan laga tersulit baginya.
"Saya memiliki terlalu banyak tonggak di karier saya untuk bisa memilih pertarungan berdasarkan tingkat kepentingan mereka," ucap Muhammad Ali.
Baca Juga: Balas Dendam Mike Tyson untuk Muhammad Ali, Inilah yang Terjadi!
"Mungkin tak ada tantangan lebih besar sepanjang karier saya dari menghadapi George Foreman di Zaire.
"Anehnya, walau mendapatkan kembali gelar-legar saya, akan menjadi salah satu momen paling mengasyikkan dalam hidup.
"Partai ini bukan laga terberat saya," imbuhnya.
Sementara itu, pertarungan tersulit yang dialami Muhammad Ali adalah ketika menghadapi Sonny Liston.
Baca Juga: Kisah Bilal Yusuf Mohamed, Muslim yang Disorot Media Inggris Karena Bir
Sonny Liston merupakan idola Muhammad Ali semasa muda, pertarungan keduanya terjadi ketika The Greatest masih memakai nama Cassius Clay.
"Liston punya jab brilian, dapat memukul dengan kedua tangan, pintar di ring dan sekuat petarung-petarung kelas berat lain," ujar Ali.
"Saya underdog dan bertingkah gila saat menimbang badan, semua pasti mengira saya takut setengah mati." imbuhnya.
Tampil agresif sejak awal pertarungan, Muhammad Ali mengaku Sonny Liston membuat matanya terbakar.
Baca Juga: Indonesia Trending di Surat Kabar Vietnam Gara-gara V-League!
Ia mengaku tak bisa melihat sama sekali hingga mengira Liston memiliki sesuatu di sarung tanganya.
Ali bahkan membutuhkan bantuan dari pelatih lawan untuk dapat mengulur waktu ketika ia merasa ada yang janggal dengan Liston.
"Mata saya mulai terbakar memasuki ronde keempat. Akhirnya, saya tak bisa lihat sama sekali setelah kembali ke pojok," kata Ali.
"Saya pikir Liston punya sesuatu di sarungnya. Sang pelatih lalu mengecek pojokan Liston, berbicara dengan wasit, dan berupaya mengulur waktu.
Baca Juga: V-League Segera Bergulir, Media Vietnam Sebut Indonesia Terkejut!
"Bel akhirnya berbunyi tetapi mata saya masih terbakar ban berair. Angelo memberi saya tepukan di punggung dan berkata, "ayo maju terus," imbuhnya.
Meski merasakan sensasi mata terbakar, Muhammad Ali sukses mengalahklan idolanya itu.
Ia tetap mempertahankan insting dan kecepatan untuk menghindar dari pukulan-pukulan Liston.
Hingga akhirnya Sonny Liston menerima kekalahan akhirnya menerima kekalahan technical knockout.
Baca Juga: V-League Segera Bergulir, Media Vietnam Sebut Indonesia Terkejut!
Sekaligus menjadi pertama kalinya sejak 1919 seorang petinju di Kejuaraan Dunia Kelas Berat tidak melanjutkan duel dengan duduk di pojoknya.
Meski berhasil mengalahkan sang idola, Ali tetap menghormati Sonny Liston sebagai salah satu petinju terbaik kelas berat sepanjang masa.
"Saya pikir ia menghabiskan banyak energi untuk mengejar saya dan meleset dengan pukulan-pukulan besarnya," tutur Muhammad Ali.
"Ia mulai letih dan tahu saya mulai memegang kembali.
"Saya masih menghormatinya sebagai salah satu petinju kelas berat terbaik sepanjang masa." imbuhnya.
Baca Juga: Segar untuk Buka Puasa, Timun Suri Kaya Manfaat, Tingkatkan Imun Tubuh
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR