Momen itu juga menarik perhatian suporter lain, bentrokan pun tak terhindarkan hingga membuat kondisi tak terkendali.
Sampai tiba pada momen polisi menembakkan gas air mata, bukannya ke arah penonton yang ada di lapangan tetapi gas air mata ditembakkan ke arah tribun penonton.
Yang notabene seluruh tiket yang dijual Panpel untuk laga tersebut terjual habis, itu artinya Stadion Kanjuruhan terisi penuh oleh masyarakat.
Keputusan menembakkan gas air mata ke tribun penonton itu disesalkan Handoko, menurutnya pemicu permasalahan ada di lapangan bukan di tribun.
"Kenapa harus ditembakan ke tribun, hingga membuat kita semua sesak napas," ujar Sandoko.
Baca Juga: FIFA Rilis Pernyataan Resmi Soal Tragedi Kanjuruhan: Presidennya Syok Berat, Indonesia Kena Sanksi?
"Padahal yang membuat masalah dibawah, kenapa tidak ditembakan dibawah saja," imbuhnya.
Pilu dirasakan Sandoko, seluruh Aremania yang ada di stadion seperti dibantai hingga ratusan orang jadi korban meninggal insiden tersebut.
Lebih memilukan lagi, banyak anak-anak dan perempuan yang turut menjadi korban insiden tragis tersebut.
"Kami kayak dibantai di dalam stadion padahal ada anak-anak dan perumpuan," kata Sandoko.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Terlalu Kelam, PSSI Hubungi FIFA Memohon Keringanan Sanksi
"Pertanggung jawaban sesuai apa yang mungkin hak kami sebagai Aremania, apalagi untuk korban yang telah meninggal dunia.
"Bukan hanya minta maaf tapi bagaimana untuk kedepannya." imbuhnya.
View this post on Instagram
Source | : | Suryamalang.tribunnews.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Eko Isdiyanto |
KOMENTAR