BolaStylo.com - Esports terancam gagal menjadi bagian dari Olimpiade karena kekerasan yang disertai aksi tembak menembak.
Pada saat ini wacana memasukan Esports dalam Olimpiade merupakan pembahasan yang sangat menarik perhatian.
Esports telah diperkenalkan di Asian Games 2018 meskipun bukan pertandingan resmi.
Akan tetapi, jalan Esports untukd dapat menjadi bagian dari olimpiade terganjal sebuah aksi kekerasan.
Dilansir BolaStylo.com dari BolaSport.com, hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach.
Baca Juga : Paul Pogba Gegerkan Fan Usai Kirim Kode Misterius untuk Manchester United
Setelah gelaran Asian Games 2018 berakhir, Thomas Bach menyatakan bahwa aksi kekerasan tidak bisa dimasukkan ke dalam Olimpiade.
Kekerasan yang dimaksud adalah adanya aksi tembak-tembakkan pada game CS:GO dan Call of Duty.
Seperti yang diketahui bahwa dalam dua game tersebut identik dengan aksi tembak menembak dalam sebuah peperangan.
Menurut Bach, kekerasan btersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip Olmpiade selama ini.
Baca Juga : Kathryn Mayorga Sengaja Hindari Media dan Mengurung Diri di Irlandia, Ada Apa?
"Sesuatu yang berbau kekerasan tidak bisa dimasukkan ke dalam Olimpiade. Dari sudut pandang kami, itu tidak bisa diterima," ucap Thomas Bach.
"Jika anda memiliki egames yang berhubungan dengan kekerasan, tentu saja hal itu tak bisa diselaraskan dengan prinsip Olimpiade," ucap dia lagi.
Selain itu yang membuat Esports sulit masuk ke event multi olahraga adalah karena Esports tidak memiliki badan pemerintah yang mengatur regulasinya.
Meski demikan, Esports kemungkinan besar dapat disertakan dalam event multi olahraga pada Asian Games 2022 yang diadakan di Hanghzou, China.
Baca Juga : Pengakuan Jujur Cristiano Ronaldo Soal Rindu Main Bareng Wayne Rooney
Source | : | BolaSport.com,bolastylo.bolasport.com |
Penulis | : | Eko Isdiyanto |
Editor | : | Muhammad Shofii |
KOMENTAR